Poso, Sulawesi Tengah — Kunjungan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka ke Poso belakangan ramai diperbincangkan publik. Dalam kunjungannya, Gibran meninjau tenda pengungsian, menyapa para korban, hingga meminta agar aktivitas sekolah tetap berjalan meski dalam keterbatasan.
Momen tersebut mendapat respons beragam di media sosial. Sebagian warganet menilai langkah itu sebagai bentuk kepedulian pemimpin muda, namun tak sedikit pula yang menudingnya sekadar "pencitraan". Bahkan ada komentar yang menyebut enggan menyalami Wapres.
Di tengah polemik itu, konten kreator asal Kalimantan Timur, Dian Rana, ikut menyampaikan tanggapannya. melalui kanal Youtuber Nusantara, Ia menilai tudingan pencitraan terhadap Gibran berlebihan dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Kalau ada yang bilang nggak mau salaman, ya nggak masalah. Itu hak Anda. Tapi faktanya, masih banyak masyarakat yang justru berebut ingin menyalami Mas Gibran. Jadi jangan dipikirkan berlebihan,” ucap Dian dalam kanal YouTuber Nusantara.
Menurut Dian, kehadiran seorang pemimpin di lokasi bencana adalah wujud tanggung jawab, bukan sekadar pencitraan. Ia juga menanggapi komentar yang menyebut antusiasme warga hanyalah hasil “bayaran”.
“Apakah mungkin sebanyak itu orang dibayar semua? Dari pasar, sekolah, hingga puskesmas, masyarakat ramai menyambut. Itu tulus, bukan rekayasa,” tegasnya.
Sebagai dokumentator pembangunan Ibu Kota Nusantara sejak 2021, Dian menyebut gaya kepemimpinan Gibran mirip dengan Presiden Jokowi yang kerap turun langsung ke lapangan.
“Kalau pemimpin hadir di lokasi musibah lalu dibilang pencitraan, lalu maunya bagaimana? Pemimpin hanya duduk di belakang meja tanpa turun langsung? Itu lebih aneh,” tambahnya.
Meski kritik warganet terus bermunculan, video lapangan memperlihatkan Gibran disambut antusias di sejumlah titik kunjungan. Dian menegaskan, masyarakat berhak menilai, namun ia memilih melihat langsung fakta bahwa Wapres tetap hadir bersama warga di saat sulit.